BINJAI – MEDIAMASIP
Mafia tanah dan preman kembali merusak tanaman milik petani yang tergabung kelompok tani Mekar Jaya, Kota Binjai, Sumatera Utara, Jumat, (30 /12/ 2022).
Tanaman ubi rambat milik petani bernama Ema Sitepu seluas 10 rante dirusak oleh kelompok yang diduga ingin merebut lahan yang sudah mereka usahai selama 15 tahun tersebut.
Hal itu diketahuinya saat hendak pergi ke ladang. Setibanya disana, Ema terkejut melihat tanamannya sudah dirusak.
“Saya tidak tahu siapa yang melakukannya. Total tanaman yang dirusak sekitar lima rante,” kata Ema.
Penasihat hukum kelompok tani Mekar Jaya, Ade Rinaldy Tanjung berharap agar pihak Kepolisian Polres Binjai dengan cepat tuntaskan semua laporan para petani.
“Karena peristiwa perusakan dan penyerobotan lahan tidak hanya terjadi kali ini saja. Tapi, sudah ada belasan kali dan seluruhnya telah kita laporkan kepada kepolisian,” ungkap Ade.
Pengacara muda itu juga menekankan, bahwa masyarakat khususnya petani Mekar Jaya hanya membutuhkan kepastian hukum dari pihak kepolisian.
Dia juga mencontohkan, beberapa waktu lalu Sat Reskrim Polres Binjai menangkap seseorang yang diduga pelaku pembakaran posko petani.
“Tapi kita lihat sendiri. Pelaku yang sudah ditangkap, malah dilepaskan polisi. Akibat hal itu bisa membuat para petani selalu dihantui ketakutan dan diyakini tidak berani lagi untuk bertani yang secara otomatis akan mematikan ekonomi masyarakat khususnya petani di Binjai Selatan,” sebutnya.
Bahkan, para petani tambah Ade sedikit kecewa karena semua laporan yang dibuat para korban, yakni petani Mekar jaya tidak ada yang tuntas.
“Kita apresiasi polisi karena menerima laporan petani. Namun, sampai sejauh ini tidak ada yang kita lihat hasilnya memuaskan. Kalau hal ini terus terjadi, kita takutkan akan ada kemungkinan terjadinya konflik atau bentrok fisik di lapangan,” tambahnya.
Pengacara yang tergabung dalam Kongres Advokat Indonesia (KAI) Sumatra Utara itu bahkan melihat, kondisi para petani Mekar Jaya yang saat ini sangat mengenaskan.
“Saya lihat para petani ini, hanya tinggal air mata bercampur darah saja, yang tidak keluar. Karena selama ini mereka selalu menangis akibat perbuatan orang yang tidak bertanggungjawab terhadap mereka,” sebutnya lirih.
Dia berharap, agar pihak kepolisian menangkap para pelaku yang selama ini membuat para petani ketakutan akibat intimidasi dan perusakan yang terjadi. (Jufri)
Editor: Tohap Manurung,SH
Discussion about this post