Minggu 4 Setelah Epipanias 29 Januari 2023
Ep. I Korint 1: 26 – 31 Ev. Ayub 12: 13 – 25
Pembaca yang budiman….
Minggu 4 Setelah Epipanias pada saat ini kita oleh Firman Tuhan kita dihantar kepada sebuah pemahaman dari pengalaman hidup sebgai pengikut Tuhan dalam berbagai persoalan hidup dan pengalaman rohani yang dihadapi Ayub yang mungkin terjadi dalam hidup kita oleh keadaan dari apa yang kita miliki dan menjadi sebuah kesaksian iman yang memiliki tgidak sekedar arti tetapi pemahaman yang sungguh. Seban hanya dalam Dialah ada apa yang menjadi tujuan hidup dan menjadi tema Minggu ini; Allah Sumber Hikmat dan Kekuatan.
Pengalaman manusia tentang Allah akan membentuk suatu pengetahuan tentang Allah. Kesadaran akan Allah di dalam kehidupan manusia semakin nampak atau terlihat ketika ia mengalami masalah atau kesulitan hidup. Manusia kembali memikirkan tentang Allah ketika ia mengalami kesulitan hidup. Persoalan hidup manusia selalu terkait dengan kesadaran manusia tentang keberadaan Allah.
Kesadaran manusia memengaruhi bagaimana mereka bertingkah laku dan bertindak dalam setiap pengambilan keputusan mereka. Kesadaran akan Allah merupakan kesadaran tertinggi manusia untuk memahami dan bertindak sesuai pemahamannya tentang Allah terhadap segala sesuatu yang dialami di dalam hidupnya.
Pengalaman religius seseorang akan memengaruhi konsepsinya (pengertiannya) dan membangkitkan kesadaran akan Allah dalam memaknai pengalaman hidupnya, termasuk penderitaan.
Kitab Ayub merupakan salah satu kanon Ibrani yang unik karena kisahnya yang sangat ekstrim dan tidak diketahui siapa penulisnya. Sekalipun demikian, kitab ini diakui sebagai sebuah karya sastra bernilai tinggi yang menceritakan bagaimana kesadaran manusia akan karya Allah di dalam dunia, khususnya penderitaan.
Orang yang sombong biasanya merasa dirinya lebih baik, lebih tahu, dan lebih berhikmat dari orang lain. Karena itulah mengapa ada orang-orang yang gampang menghakimi seseorang tatkala tertimpa sebuah musibah. Mereka seolah-olah tahu segala sesuatu sehingga dengan mudahnya melontarkan tuduhan bahwa karena dosa-dosanyalah seseorang mengalami musibah. Sikap sok tahu inilah yang dilakukan ketiga sahabat Ayub. Mereka menuduh bahwa musibah yang terjadi adalah buah dari dosa-dosa Ayub.
Dalam kepahitan dan kegetiran hati karena beratnya penderitaan yang dialami, pada akhirnya Ayub tersadar dan mengerti bahwa di dalam Tuhan ada kuasa dan kemenangan. Ayub akhirnya juga ingat akan kuasa Tuhan yang sanggup mengubah keadaan hidupnya. Jika Tuhan turut campur tangan dalam kehidupan seseorang, segala sesuatu yang tak beres pasti dapat diubah-Nya, asal kita memiliki penyerahan diri penuh kepada kekuatan kuasa-Nya. Ada tertulis: “Bila Ia membongkar, tidak ada yang dapat membangun kembali; bila Ia menangkap seseorang, tidak ada yang dapat melepaskannya.” (Ayub 12:14).
Kalau Tuhan ingin memperbaiki hidup seseorang yang tak benar, tak seorang pun dapat mencegahnya. Karena sumber hikmat dan kuasa ada pada Allah. Dengan hikmat dan kuasa-Nya Ia menetapkan segala sesuatu. Alam ada dalam kendali-Nya (ayat 14-15). Hikmat dan kekuasaan para pemimpin tidak berdaya di hadapan-Nya (ayat 17-25). Bila Allah sudah menetapkan sesuatu, maka manusia hanya bisa tunduk menerima. Orang paling pintar pun bisa hilang akal bila mau melawan kedaulatan dan hikmat-Nya.
Memang mudah untuk merasa diri paling tahu dari antara orang lain. Akan tetapi, orang Kristen insyaf bahwa pengetahuan Allah tidak terbatas. Maka berhentilah sok tahu tentang sebab musabab masalah orang lain seakan-akan Anda mahatahu. Jadilah orang yang rendah hati. Mintalah hikmat Allah supaya kata-kata Anda menjadi saluran kasih Allah bagi orang yang menderita.
Manusia tidak tahu apa yang akan terjadi di depan, juga tidak semua maksud Allah bisa dirumuskan dengan satu rumusan. Ada hal-hal yang tidak dapat dijangkau oleh pikiran dan pengertian manusia yang terbatas. Lalu, apa artinya jika kita mengaminkan pernyataan Ayub bahwa pada Allah lah hikmat, kekuatan, pertimbangan dan pengertian? Artinya adalah, kita percaya bahwa apa yang Allah lakukan dan izinkan terjadi dalam hidup kita, tidak mungkin salah. Allah tidak akan membiarkan kita, Allah pasti memberi kekuatan dan pertolongan jika kita mendekat pada-Nya. Pasti ada maksud baik yang Allah peruntukan bagi kita.
Kapan kita tahu maksud baik Allah? Tidak seorangpun yang tahu dengan pasti. Bisa jadi tergantung kedekatan, kepekaan, ketundukan kita kepada Allah, dan tentunya juga tergantung kehendak Allah.
Persoalan yang dihadapi Ayub mengantar kita untuk menemukan kesadaran akan Allah yang paling hakiki dalam hidup manusia sepanjang jaman. Kisah Ayub bukan sekadar kisah biasa tetapi menjadi sebuah kisah yang “hidup” tentang seorang yang saleh, takut akan Allah, jujur dan menjauhi kejahatan tetapi kehilangan semua yang dimilikinya karena imannya kepada Allah.Ayub mengalami pergumulan hidup, bermula dari ketaatan (prolog), berubah menjadi dialog, dan juga dipertajam melalui konflik pribadi dan berakhir dalam ketaatan yang lebih tinggi sesudah mendengar jawaban-jawaban Allah.
Kitab Ayub sesungguhnya mayoritas mengandung konflik pribadi Ayub dalam memandang penderitaan tak terjelaskan yang dialaminya kepada Tuhan. Melalui kejadian atau penderitaan tersebut, kesadaran akan Allah justru makin meningkat. Sebab iman bukanlah sesuatu yang statis, tapi dinamis di dalam hubungan antara manusia (orang beriman) engan Allah.
Allah mengizinkan Ayub – orang yang saleh mengalami penderitaan, dan kerelaan untuk menerimanya tanpa kehilangan imannya. Dengan demikianlah terbentuk kesadaran akan akan Allah melalui pengalaman konkrit (di dalam penderitaan = baca pergumulan), membangun kesadaran akan Allah dalam rangka menolong orang Kristen pada saat mengalami penderitaan dalam hidupnya dengan berkaca kepada sikap Ayub dalam penderitaan.
Ayub menjadi prototype mengenai seorang beriman yang mengalami problematika kehidupan yang tidak dapat dijelaskan tetapi justru pada akhirnya membawa kepada tingkat kesadaran akan Allah serta membawa Ayub kepada pengenalan akan Allah yang lebih mendalam,”Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau”(42:5).
Ketika Ayub kehilangan harta dan semua anak-anaknya mati, maka Ayub tetap tekun di dalam kesalehannnya di hadapan Allah. Ayub tetap tekun dalam kesalehannya, bukan karena harta bendanya, melainkan karena kesadaran akan Allah yang dimilikinya.
Sementara itu beredar anggapan bahwa hikmat dan pengertian ada pada orang yang sudah lanjut umurnya (ay. 12). Di tengah kebingungannya, Ayub tetap percaya bahwa Allah lah yang memiliki hikmat, kekuatan, pertimbangan dan pengertian yang sempurna. Hikmat, pertimbangan, pengertian yang manusia miliki sangatlah terbatas dan bisa salah, termasuk juga dalam memandang penderitaan yang Ayub alami.
Segala sesuatu ada dalam kendalinya Tuhan. Bahkan ketika Iblis mau membuat suatu rencana apapun, Tuhan sudah lebih dahulu mengetahuinya sebelum terlaksana. Dan itu semua harus atas seizin Allah.Tuhan menciptakan segala sesuatu dan mengatur segala sesuatu berdasarkan hikmat atau pikiran Tuhan. Kita sangat memerlukan hikmat Tuhan dalam hidup ini, setiap hari kita harus minta dalam doa agar kita diberikan hikmat oleh Tuhan. Tuhan paling mengenal kita dan Ia paling tahu bagaimana cara mendewasakan pikiran kita. Tuhan paling tahu apa yang terbaik untuk kita, sebab; Allah Sumber Hikmat dan Kekuatan…!! Siapakah kita yang telah diselamatkan, tidak mengandalkanNya…?? MARI DENGAN BENAR MENGENAL-NYA.
Salam Sehat..!
Pdt. Ro Sininta Hutabarat, MTh
GKPI JK-SK
Discussion about this post