Oleh: Pdt Dr Deonal Sinaga (Ka Dep Koinonia HKBP)

Minggu Invocavit, 26 Pebruari 2023
Keluaran 33: 15-23
Sahabat yang baik hati, selamat hari Minggu! Kiranya saudara dan keluarga dalam keadaan sehat dan penuh sukacita! Firman Tuhan pada Minggu Invocavit hari ini (Kel. 33: 15-23) merupakan kesaksian hamba Tuhan yang menjadi tokoh besar dan legendaris dalam sejarah keselamatan umat Allah, yakni Musa. Melalui kesaksian ini, sangat jelas, bahwa hidup orang beriman benar-benar bergantung pada kuasa, kasih, dan karunia Allah.
Kami baru kembali dari Sidang Wilayah Asia (AsRA) United Evangelical Mission (UEM) yang berlangsung selama satu minggu di kota Negombo – Sri Lanka. Sebagaimana kita baca dalam berita bahwa Sri Lanka adalah satu negara yang mengalami kesulitan, bahkan krisis politik dan krisis ekonomi, khususnya dalam satu tahun terakhir ini. Pada bulan Juli tahun lalu Presiden Gotabaya Rajapaksa terpaksa meninggalkan negara itu dan mencari perlindungan di negara lain akibat situasi politik yang sudah mengancam.
Krisis energi, krisis pangan, ketidakpastian politik, dan berbagai masalah sedang melanda negara itu. Dalam pertemuan sebagian delegasi AsRA dengan aktivis dan pemimpin pergerakan yang berupaya memperjuangkan hak-hak rakyat di wilayah Negombo, Herman Fernando menjelaskan, bahwa kehidupan masyarakat di kawasan itu sangat sulit dan semakin sulit dari hari ke hari. Ketika peserta AsRA bertanya, ‘apakah ada tanda-tanda yang memberikan harapan bahwa situasi sulit ini akan berakhir?’

Dengan wajah yang penuh kekecewaan dan mata yang berlinang, Herman Fernando menjawab “Unfortunately no.” Dia tidak melihat ada tanda-tanda yang memberikan harapan. Tetapi dia mengatakan, bahwa mereka tetap berupaya melakukan semaksimal mungkin apa yang bisa dilakukan dan memperjuangkan hak-hak rakyat, terutama segmen masyarakat yang paling menderita akibat ketidakpastian politik dan krisis ekonomi yang sedang melanda negara itu: para nelayan, petani, dan pedagang dengan modal kecil.
Kita membutuhkan tanda. Setiap orang menginginkan tanda. Orang percaya mengharapkan tanda. Tanda yang menjadi petunjuk. Tanda yang memberikan harapan. Tanda yang menjadi pemantik tekad dan perjuangan untuk menuju satu tujuan. Itulah yang diharapkan oleh Musa – pemimpin umat Israel yang membawa mereka keluar dari perbudakan Mesir menuju Tanah Perjanjian – Tanah yang penuh dengan aliran susu dan madu.
Firman Tuhan pada Minggu ini merupakan bagian dari percakapan Musa dengan Tuhan, di mana Musa memohon penyertaan Tuhan kepadanya dan kepada umat itu dalam perjalanan di padang gurun. Sesungguhnya, sejak pemanggilan Musa dan dalam semua tahapan keluarnya (exodus) umat itu, lepas dari tangan Firaun Mesir, penyeberangan laut Teberau, perjuangan melawan rasa haus dan lapar, serta berbagai ancaman dan kesulitan yang mereka alami, sangat jelas bahwa kuasa, kasih dan karunia Allah selalu menjadi solusi bagi mereka.
Namun sepertinya, bagi umat Israel, termasuk bagi Musa sendiri, mereka ingin bahwa dalam setiap proses dan tahapan yang mereka lalui, kuasa dan kasih karunia Tuhan itu jelas ditunjukkan. Sewaktu Tuhan berfirman, “Pergilah, berjalanlah dari sini, engkau dan bangsa itu yang telah kau pimpin keluar dari tanah Mesir, ke negeri yang telah kujanjikan dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub – Aku akan mengutus seorang malaikat berjalan di depanmu.” Mereka menginginkan lebih: tanda, kejelasan penyertaan dan kasih karunia.
Sesungguhnya, Musa mengetahui rencana Tuhan. Musa hidup dalam persahabatan yang sangat dekat dengan Tuhan. Tuhan juga telah melihat hati Musa sebagai seorang hamba dan pemimpin yang taat dan setia. Namun Musa sendiri pun menginginkan tanda dan kejelasan. “Jika aku kiranya mendapat kasih karunia di hadapanMu, beritahukanlah kiranya jalan-Mu kepadaku, sehingga aku mengenal Engkau, supaya aku tetap mendapat kasih karunia di hadapan-Mu. Ingatlah, bahwa bangsa ini umat-Mu.”
Selanjutnya, Musa berkata kepada Tuhan, “Jika engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini.” Lalu, Tuhan berfirman: “Aku akan melewatkan segenap kegemilangan-Ku dari depanmu dan menyerukan nama Tuhan di depanmu: Aku akan memberikan kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani.”
Sungguh, Tuhan adalah Tuhan. Tidak ada yang mengatasi Dia. Dia memiliki otoritas tertinggi di atas segala yang ada. Dia memiliki kuasa, kasih dan karunia. Dialah yang menentukan langkah dan cara Dia mewujudkan rencana-Nya dan bagaimana Dia mewujudkan kuasa dan kasih karunia-Nya di atas bumi ini, termasuk bagi umat pilihan-Nya. Seruan dan permohonan Musa bukan tidak berharga dan bukan tidak berarti. Bukan. Tetapi, Tuhan sendirilah yang menentukan.
Kesaksian ini sangat berharga bagi kita. Setiap orang beriman harus menyadari akan otoritas Allah atas segala sesuatu. Dia memiliki kuasa, kasih, dan karunia yang sangat besar. Namun kita tidak bisa mengaturnya. Tidak ada alasan apa pun yang menjadi penentu atau yang dapat mendikte cara Allah menunjukkan kasih dan karunia-Nya. Karena, itu apa yang dapat kita lakukan adalah: merendahkan diri di hadapan-Nya, bermohon dan menantikan kasih karunia-Nya.
Kasih dan karunia Allah lebih dari cukup untuk semua. Dia memberikannya (distribute it) kepada siapa yang Dia kehendaki dan dengan cara-Nya sendiri. Kita hanya dapat bersyukur, dengan cara Tuhan Allah bertindak. Yang pasti, bahwa pikiran, rencana dan tindakan Allah jauh lebih baik, jauh lebih indah dan jauh lebih tepat dari apa yang dipikirkan oleh manusia.
Nas hari ini sangat tepat dengan topik dan nama Minggu ini – Invocavit yang menekankan seruan orang percaya (Bnd. Mzm. 91: 15a). Jika kita berseru, maka Tuhan akan menjawab. Dalam segala situasi dan kondisi kehidupan, terutama di kala kita menghadapi situasi dan kondisi kehidupan yang sulit dan tak menentu. Di kala umat Tuhan diperhadapkan dengan kenyataan hidup yang sulit, di mana sepertinya tidak ada alasan untuk berharap, sebagaimana ungkapan Herman Fernando di Sri Lanka, namun Tuhan akan bertindak sesuai rencana dan cara-Nya, sehingga umat Tuhan akan selamat dan nama-Nya dimuliakan.
Kita bisa berharap akan kuasa, kasih dan karunia Tuhan, yang selalu ada, cukup dan lebih dari cukup bagi setiap anak-Nya yang berseru. Dan, ketika kita berseru, Tuhan selalu mendengar. Yang penting, seruan kita adalah benar-benar seruan yang keluar dari lubuk hati yang terdalam: dengan kerendahan hati, berharap akan belas kasihan dan dengan tulus ikhlas menanti apa pun rencana dan tindakan Tuhan. Sesungguhnya, itulah yang terbaik.
Karena itu, bersukacitalah dalam segala situasi, berharap dan menanti kasih karunia Tuhan! Itulah yang menentukan perjalanan hidup saudara. Percayalah akan Providentia Dei! – rancangan, rencana, dan penyertaan Tuhan yang terbaik dalam hidup saudara!
_Dear Friends, I wish you a happy and blessed Sunday! Call God in times of trouble and at any given time! God listen to us! Therefore, be happy and smile!_
Discussion about this post