LAGUBOTI – MEDIAMASIP
Theresnaria Yuliatur Situmorang, S. Pi, M. Psi, Dosen Sekolah Tinggi Bibelvrouw (STB) HKBP dan sekaligus Sekretaris Umum dan juga Peneliti di L-SAPIKA Indonesia, melakukan pembelajaran tentang 3 warna Batak dikaitkan dengan karakter Pancasila.
Pembelajaran dilakukan kepada anak-anak di Parsadaan Situmorang Sipitu Ama Boru, Bere, dohot Ibebere Kecamatan Laguboti Kabupaten Toba di Desa Sibuea Minggu, (7 /5/ 2023).
Pembelajaran ini dimaksudkan sebagai bagian dari instrument misi, dimana acara diisi dengan berbagai kegiatan menarik. Peserta didik diberikan pengenalan akan warna Hitam, Merah dan Putih sebagai warna khas Batak Toba yang sudah diwariskan oleh nenek moyang suku Batak Toba.
Dijelaskan warna hitam menyimbolkan karakter kepemimpinan suku Batak Toba yang tangguh juga berkarisma (marsahala).
Hal kepemimpinan tersebut sejak dahulu sudah ada serta terlihat jelas dalam kehidupan kekeluargaan bangso Batak. Anak sulung dalam keluarga Batak biasanya dididik lebih keras serta tegas agar dapat menjadi pemimpin bagi adik-adiknya.
Merah menyimbolkan karakter keberanian serta kekuatan nenek moyang Batak Toba dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan termasuk berani berjuang mengusir penjajah dari Pertiwi. Pahlawan nasional suku Batak, Sisingamangaraja XII. Merah juga mengisyaratkan darah (Batak Toba: mudar). Bagi orang Batak Toba ada istilah “manghuling mudar” yang pengertiannya mengisyaratkan solidaritas kekerabatan.
Sedangkan warna Putih menyimbolkan karakter kesucian hati dan pikiran yang diwujudkan dalam perilaku jujur sehingga orang Batak Toba dikenal berbicara apa adanya serta suka berterus terang.
Bvr. Theresnaria Yuliatur Situmorang, S. Psi., M. Psi sebagai Narasumber dalam acara Pembelajaran ini menjelaskan bahwa pemaknaan mengenai warna khas Batak Toba tersebut diangkat dari studi pendahuluan (preliminary research) dengan mewawancarai tujuh puluh orang Batak Toba yang berdomisili di Indonesia dan dipilih secara acak.
Hasil studi ini telah digodok melalui Seminar Internasional bertema Religion and Culture yang diselenggarakan oleh L-SAPIKA Indonesia yang diketuai oleh Pdt. Dr. Riris Johanna Siagian, M. Si, bekerjasama dengan STT HKBP, Sekolah Theologia Renatus Pematangsiantar, Yayasan Pusat Peradaban Batak dan Dinas Pendidikan Kabupaten Samosir, pada hari Selasa, 25 April 2023 yang lalu.
Pemahaman tentang ketiga warna Batak Toba itu sebagai kearifan lokal, dikaitkan dengan Pendidikan Karakter Pancasila yang sedang digalakkan oleh pemerintah melalui Kemendikbud Ristek Indonesia.
Hubungan warna hitam yang mencerminkan karakter kepemimpinan suku Batak Toba dengan Pancasila adalah kepemimpinan yang didasari Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa, yang simbolnya bintang dengan dasar warna hitam.
Kaitan warna merah yang mencerminkan karakter keberanian serta kekuatan nenek moyang Batak Toba dengan pengamalan Pancasila, adalah sejak dahulu hingga kini orang Batak Toba mewarisi sikap solidaritas terhadap sesama manusia sebagai wujud dari Sila Kedua, disimbolkan rantai yang tak putus dengan dasar warna merah. Juga mewarisi keberanian serta kekuatan untuk mengungkapkan/menyatakan pendapat dalam Permusyawaratan/ Perwakilan sebagai Sila Keempat yang disimbolkan kepala banteng dengan dasar warna merah.
Putih mencerminkan karakter kesucian menurut suku Batak Toba berkaitan erat dengan Sila Ketiga disimbolkan pohon beringin dan Sila Kelima disimbolkan padi dan kapas dengan warna dasar putih. Nenek moyang suku Batak Toba telah mewariskan sikap yang suci dalam menjaga persatuan dan kesatuan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Joslin Sitohang selaku Sekretaris Parsadaan Situmorang Sipitu Ama Boru, Bere, dohot Ibebere Kecamatan Laguboti- Kabupaten Toba mengatakan melalui pembelajaran mengenal warna Khas Batak Toba terkait karakter Pancasila ini, anak Pomparan Ompu Tuan Situmorang Sipitu Ama telah maju selangkah karena mendapatkan pelajaran baru yang belum pernah didapatkan di sekolah maupun keluarga mereka,
Sedangkan Ama ni Sophia Sitohang juga mengucapkan terima kasih kepada Bvr. Theresnaria Yuliatur Situmorang, S. Psi., M. Psi., selaku Dosen Psikologi di Sekolah Tinggi Bibelvrouw Huria Kristen Batak Protestan (STB HKBP) Laguboti yang telah memprakarsai pembelajaran ini melalui program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) yang dilaksanakan secara tunggal.
Dalam pembelajaran, seluruh peserta didik diberikan buku kecil ukuran 7 cm ke bawah menyimbolkan hubungan vertikal terkait keimanan individu dalam ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa/keilahian; 5 cm ke samping menyimbolkan hubungan horizontal terhadap sesama manusia mesti berPancasilais.
Selain itu, Theresnaria Situmorang yang dibantu oleh empat belas mahasiswa STB HKBP melatih peserta untuk lebih jelas dalam mengamalkan Pancasila melalui permainan tradisional anak Batak Toba terhadap peserta didik tingkat TK dan SD. Permainan itu Namanya “andor ngikngik” (sesuatu berbunyi diantar tumbuhan ubi jalar), menggambarkan bahwa bangso Batak Toba bisa berada (berdomisili) di/ke mana saja seperti umbi yang tumbuh menjalar namun terus memelihara solidaritas mereka.
Kepada peserta didik tingkat SMP dan SMA dibuat pelatihan prakarya menjalin benang tiga warna khas Batak Toba menjadi gelang di tangan. Produk gelang tersebut kemudian dibalutkan oleh mereka ke tangan masing-masing dan teman serta peserta didik yang TK dan SD.
Tresnaria Situmorang sendiri, sebagai salah seorang Dosen Psikologi di Sekolah Tinggi Bibelvrouw dan sedang menimba ilmu doktoral di Teknologi Pendidikan Universitas Negeri Medan (UNIMED) ini, suka tampil bersahaja.
Dalam melaksanakan tugas panggilannya dia bersepeda ontel menuju STB. Menurutnya, ide Pembelajaran Mengenal Warna Khas Batak Toba Terkait Karakter Pancasila dapat juga digunakan menjadi “instrumen misi” dalam Pekabaran Injil (PI).
Buku ukuran 5×7 cm itu terdiri dari empat lembaran. Disusun lembaran pertama hitam, kedua merah, ketiga putih dan lembar terakhir kertas putih bergambar Garuda Pancasila yang diberi bingkai gorga Batak Toba. Warna hitam dapat mengingatkan orang Batak Toba Kristen kepada Firman yang tertulis di Kej. 1:2 “Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita…” dan Rom. 5:12 “…dosa telah masuk ke dalam dunia…maut itu telah menjalar kepada semua orang, karena semua orang telah berbuat dosa.” Juga Rom. 6:23 “Upah dosa adalah maut, tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.”
Warna Merah dapat mengingatkan suku Batak Toba Kristen terhadap peristiwa penyaliban Kristus. DarahNya telah menebus dosa umat manusia supaya yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. (Yoh. 3:16, 1 Ptr. 1: 18-19). Warna Putih dapat mengingatkan individu Batak Toba Kristen akan hidup suci, taat kepada kebenaran Firman. (1 Ptr. 1: 22 band. Mrk. 12:30-31). Dengan mengenal dan memahami warna khas Batak Toba maka sepatutnya individu Batak Toba Kristen berkarakter Pancasilais, tandasnya.
Theresnaria menjelaskan bahwa PkM tunggal kali ini diakhiri dengan pembagian cemilan “cake coklat Van Houten” buatan tangan penginjil perempuan yang tahun ini memasuki masa bakti tiga puluh tahun sebagai Bibelvrouw HKBP. Juga tempat minum “Tupperware”, sekaligus menasihati peserta didik menjaga diri masing-masing. Berhati-hati terhadap jajanan yang dapat merusak tubuh, termasuk gangguan ginjal akut pada anak sekolah yang pernah menjadi berita viral. (Rel)
Editor: Tohap Manurung,SH
Discussion about this post