Pematangsiantar, Sumatera Utara – Media Masip
Data terbaru dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Pematangsiantar menunjukkan dinamika inflasi yang beragam di wilayah kerja mereka pada bulan Maret 2024. Kota Pematangsiantar mencatat inflasi sebesar 0,61% (mtm), 3,84% (yoy), dan 1,84% (ytd), menempatkannya sebagai kota dengan inflasi tahunan terendah ketiga dari delapan Kabupaten/Kota di bawah Medan dan Deli Serdang. Sementara itu, Kabupaten Labuhanbatu mencatat inflasi tertinggi pertama dengan 1,62% (mtm), 5,87% (yoy), dan 3,98% (ytd).
Secara keseluruhan, Sumatera Utara mengalami inflasi 0,72% (mtm), 3,67% (yoy), dan 1,53% (ytd), sedangkan angka inflasi nasional tercatat sebesar 0,52% (mtm), 3,05% (yoy), dan 0,93% (ytd).
Analisis lebih lanjut mengenai komoditas yang memberikan kontribusi terbesar terhadap inflasi di kedua wilayah tersebut menunjukkan bahwa cabai merah, daging ayam ras, dan telur ayam ras merupakan penyumbang utama. Di Kota Pematangsiantar, cabai merah memberikan kontribusi sebesar 0,14%, diikuti oleh daging ayam ras (0,09%) dan telur ayam ras (0,06%). Kabupaten Labuhanbatu menunjukkan tren serupa, dengan cabai merah berkontribusi sebesar 0,33%, telur ayam ras (0,17%), dan ikan kembung (0,15%).
Menariknya, kedua wilayah juga mencatat adanya deflasi pada beberapa komoditas. Kota Pematangsiantar mencatat deflasi terbesar pada tomat (-0,12%), alpukat (-0,02%), dan andaliman (-0,02%), sementara Kabupaten Labuhanbatu mencatat deflasi pada tomat (-0,16%), bahan bakar rumah tangga (-0,07%), dan ikan senangin (-0,02%).
Unit Data Statistik dan Kehumasan (UDSK) KPwBI Pematangsiantar menekankan bahwa tekanan inflasi di kedua wilayah terutama disebabkan oleh permintaan tinggi terhadap cabai merah, daging ayam ras, dan telur ayam ras selama periode HBKN Rafi, yang berujung pada kenaikan harga di pasar.( ANDIKA)
Discussion about this post