Khotbah Minggu: V Setelah Trinitatis, 09 Juli 2023
Roma 7: 15-25
Oleh: Pdt. Dr. Deonal Sinaga (Ka. Dep. Koinonia HKBP
Mencintai Hukum Allah…
Sahabat yang baik hati, selamat hari Minggu dan salam sehat bagi kita semua! Firman Tuhan pada Minggu V Setelah Trinitatis hari ini (Roma 7: 15-17) mengajak kita untuk semakin mencintai Hukum Allah – dengan kesadaran penuh dan pengenalan akan eksistensi kita sebagai manusia dan umat pilihan. Sebagai manusia, secara intrinsik, kita adalah fana, lemah, berdosa, dan terbatas. Namun, sebagai umat pilihan, kita beroleh anugerah pengampunan, keselamatan, dan hidup yang kekal di dalam Yesus Kristus.
Hukum Allah diberikan sebagai manifestasi cinta kasih Allah kepada umat manusia dan ciptaan-Nya. Allah memberikan hukum-hukum-Nya untuk “memagari” manusia dari sikap, pemikiran, dan perbuatan yang menyimpang dari jalan dan ketentuan yang Dia tetapkan. Tuhan menginginkan kita hidup dalam damai sejahtera, sukacita, keharmonisan, cinta kasih, dan kepenuhan hidup bagi semua _(fullness of life for all)_ seperti maksud penciptaan Allah.
Karena itu, Tuhan sangat senang dengan orang-orang yang mencintai hukum dan ketetapan-Nya. Hati Tuhan tertuju kepada orang yang tulus hati dan sungguh-sungguh merenungkan hukum-Nya. Setiap orang yang menaruh hati pada hukum dan Firman Tuhan pasti beroleh kebahagiaan dan berkat yang melimpah. Hal itu benar, seperti secara eksplisit dinyatakan dalam Mazmur 1, “Berbahagialah orang yang kesukaannya ialah Taurat Tuhan, dan yang merenungkannya siang dan malam.”
Orang-orang seperti itu digambarkan seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air, yang menghasilkan buahnya pada musimnya, dan yang tidak layu daunnya; apa saja yang diperbuatnya berhasil. Satu gambaran umat pilihan yang ideal. Kita tentunya menginginkan status yang seperti ini. Beberapa tokoh Alkitab seperti Abraham, Musa, Raja Daud, Rasul Paulus, dan yang lain mungkin bisa kita asumsikan masuk kategori ini.
Demikian juga dalam perjalanan sejarah tokoh-tokoh penting seperti Mantin Luther, Martin Luther King, Jr., Mother Theresia, Ingwer Ludwig Nommensen, para hamba Tuhan, serta pribadi yang taat dan setia dalam iman hingga akhir hayatnya. Mereka benar-benar mewariskan _legacy_ kehidupan yang menjadi inspirasi sepanjang masa, karena kecintaan mereka pada Tuhan dan hukum-hukum-Nya.
Semua tokoh-tokoh ini memang belum sempurna “hidup dalam” Firman dan Hukum Tuhan. Namun mereka berupaya dan berusaha keras untuk mempelajari, merenungkan, serta menghidupinya. Mereka tidak mau bertindak gegabah dan semau _gue_. Mereka tidak mau kompromistis terhadap roh zaman – sesuai dengan selera atau mencari yang paling aman. Tetapi dengan perenungan dan pergumulan yang sungguh-sungguh, terkadang harus dengan pengorbanan, mereka dengan kesadaran penuh memilih untuk taat pada hukum Tuhan.
Paulus – seorang Rasul yang dipilih di tengah jalan. Tuhan memilih dia untuk beroleh kasih karunia Allah dalam Yesus Kristus. Tuhan memilih dia di tengah jalan menuju Damsyik – ketika dia berusaha mengejar dan menganiaya para pengikut Kristus. Tuhan memilih dia dari antara orang-orang Yahudi yang paling setia dan taat kepada Taurat Tuhan. Bahkan untuk mempertahankan hukum ke-Yahudi-an, dia melakukan segala yang dia mampu, termasuk menganiaya para pengikut Kristus. Itu adalah manifestasi kecintaan Saulus kepada Taurat Tuhan.
Itulah yang kontradiktif dalam diri Paulus. Itu jugalah yang kontrakdiktif dalam surat Paulus kepada jemaat di Roma. Tuhan memberikan hukum dan Taurat untuk ditaati. Dalam pemahaman Saulus, sepanjang hidupnya, itulah yang dia lakukan. Karena itu, dia bisa membanggakan dirinya, “diisunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, tentang kegiatan, aku penganiaya jemaat” (Flp. 3: 4-7). Sungguh impressif – mengesankan.
Saulus, sebelum menjadi Paulus, memiliki status yang sangat terhormat dan disegani di kalangan orang Yahudi. Itulah ganjaran ketaatan dan kesetiaannya pada hukum Taurat dan tradisi ke-Yahudi-an. Namun kemudian, dia sendiri yang mengaku, bahwa semua yang dia banggakan itu dianggapnya sampah, sampah yang tak berguna. Segala kehormatan dan semua yang dia banggakan selama ini dia anggap tidak berguna, bahkan suatu kerugian.
Karena apa? Karena Kristus. Dia telah bertemu dengan Kristus. Dia telah menemukan sesuatu yang jauh lebih baik, bahkan yang terbaik – jauh lebih indah, bahkan yang terindah, jauh lebih berkuasa, bahkan paling berkuasa, yakni Kristus yang adalah di atas segalanya. Bagi Paulus, kasih karunia Allah dalam Yesus Kristus, jauh lebih berharga dari segala yang dia dapat raih di dunia ini, termasuk segala yang dia lakukan terkait hukum Taurat.
Kontradiksi dalam surat Paulus dan dalam diri Paulus. Apakah ini masalah dan menimbulkan kabur atau ketidakjelasan akan posisi hukum Taurat? Sama sekali tidak. Justru kenyataan ini membuat terang benderang bahwa sesungguhnya Hukum Tuhan dan hukum Taurat itu sangat baik, penting, dan harus ditaati.
Paulus mengatakan, “Apakah hukum Taurat itu dosa? Sakali-kali tidak! Sebaliknya justru oleh hukum Taurat aku mengenal dosa. Aku juga tidak tahu apa itu keinginan, kalau hukum Taurat tidak mengatakan:’Jangan mengingini!” Dengan itu, dosa mendapat kesempatan untuk membangkitkan di dalam diriku rupa-rupa keinginan. Dahulu aku hidup tanpa hukum Taurat. Akan tetapi sesudah datang perintah itu, dosa mulai hidup, sebaliknya aku mati. Dan perintah yang seharusnya membawa kepada hidup, ternyata membawa kepada kematian (7: 7-10).
Itulah kontradiksi dalam pengalaman eksistensial Paulus yang memengaruhi teologi Paulus _(Pauline Theology)_. Dan itu dijelaskan dalam nas Firman Tuhan hari ini, bahwa manusia pada hakekatnya adalah lemah, berdosa. dan terbatas. Kenyataan adalah: aku berbuat sesuatu yang tidak saya sadari dan ingini. “Kesadaran saya adalah aku akan berbuat baik. Keinginan hati saya adalah berbuat baik. Kenyataan yang saya perbuat adalah yang jahat. Itu bukan keinginan saya. Yang saya perbuat adalah kebalikan dari kehendak dan keinginan saya, yaitu yang jahat. Jadi, bukan aku yang berbuat, melainkan dosa yang ada dalam diri saya.”
Inilah pernyataan Paulus. Dan itulah kenyataan dalam dirinya. “Di dalam batinku, aku suka akan hukum Allah, tetapi di dalam anggota-anggota tubuhku, aku melihat hukum lain yang membuat aku menjadi tawanan hukum dosa. Aku manusia celaka.” Itulah manusia pada hakekatnya. Karena itu, jika manusia berbuat dosa, jelas bukan karena hukum Taurat. Melainkan karena kuasa dosa yang memperhambanya.
Manusia tidak mampu mengalahkan kuasa dosa itu dengan melakukan hukum Taurat. Syukur kepada Allah di dalam Kristus Yesus Tuhan kita. Dosa dan kuasa dosa dikalahkan. Dosa dan sengatnya tidak berdaya lagi. Karena itu, Paulus mendapatkan ketenangan, kedamaian dan kepenuhan. Setelah dia bertemu dengan Kristus, hidupnya penuh sukacita dan kekuatan baru. Dia bergerak lincah melayani Tuhan dan sesama dengan segenap hati. Tanpa kenal lelah, dia berlari ke sana kemari untuk memberitakan Injil. Paulus dimampukan melakukan lebih dari tuntutan hukum Taurat, dan hukum Tuhan semakin sempurna dalam hidupnya. Dia benar-benar cinta hukum Tuhan!
Demikianlah kita umat pilihan Tuhan, sekarang hidup dalam Kristus. Hidup dalam Kristus Yesus adalah manifestasi tertinggi kecintaan kita kepada hukum Tuhan. Sesungguhnya Kristus melebihi Taurat dan Taurat itu semakin sempurna dalam diri Yesus Kristus. Kristus sendiri memiliki ketaatan yang sempurna kepada hukum Taurat. Karena itu, dalam Kristus kita menunjukkan kecintaan paling nyata akan hukum Tuhan!
Hidup dalam Kristus menghasilkan buah nyata. Orang yang cinta Taurat Tuhan digambarkan seperti pohon yang ditanam di tepi aliran air. Demikianlah orang yang hidup dalam Kristus menghasilkan buah-buah yang manis, indah, dan berguna: cinta kasih, kelemahlembutan, sukacita, damai sejahtera, semangat, dan energi positif yang akan membuat orang lain hidup semakin bergairah, semangat, dan berpengharapan.
_Dear friends, I wish you a happy Sunday! God calls each and every one of us to love God’s Law. Our love for God’s Law is fulfilled in Jesus Christ. Those who live in Christ are fulfilling God’s law. And now, we are new creation – living in Jesus Christ. Therefore, be happy and SMILE!_
Discussion about this post