Kotbah Jumat Agung
Oleh: Pdt Dr Deonal Sinaga (Kadep Koinonia HKBP)
Nats: Ibrani 5: 7-10
Sahabat yang baik hati, Selamat Jumat Agung! Kiranya damai sejahtera Allah dan hikmat Jumat Agung memenuhi kehidupan saudara! Firman Tuhan pada perayaan Jumat Agung hari ini (Ibr. 5: 7-10) adalah pengajaran fundamental tentang keberadaan Kristus Yesus sebagai Imam Besar yang sempurna, yang memungkinkan kita menerima kasih karunia keselamatan.
Hari ini adalah hari yang istimewa. Kita mengenang peristiwa yang menentukan arah perjalanan dunia dan sejarah peradaban manusia (human civilization). Satu peristiwa besar yang melegenda, telah memengaruhi aspek sosial, ekonomi, politik, budaya, teologi, filsafat, dan pengetahuan dari generasi ke generasi. Itulah peristiwa Salib – di mana orang yang tidak bersalah dan berdosa dihukum dengan cara yang paling tragis, yakni penyaliban Yesus di Golgata.
Jumat Agung – satu hari yang sangat paradoks. Hari yang kelam. Hari yang penuh skandal – pengadilan tanpa keadilan. Hari di mana sikap, perkataan, dan perbuatan manusia yang tidak pantas dan tidak logis mengkristal menjadi hukuman dan beban berat bagi Sang Anak Manusia. Hari Jumat dengan segala yang terjadi pada Yesus mulai dari tangan penguasa Pilatus, Herodes yang menghakimi Dia, jalan sepanjang via dolorosa hingga bukit Golgata dinamai sebagai hari yang agung.
Dalam bahasa Inggris hari ini disebut dengan istilah _Good Friday_ atau Jumat yang baik. Jika kita renungkan, apakah yang baik pada hari itu? Apakah baik menjatuhkan hukuman yang tidak pantas bagi orang yang tak bersalah? Apakah pelampiasan amarah dan dendam orang Yahudi kepada Yesus itu baik? Sama sekali tidak. Pada hari ini orang-orang jahat di dunia ini melakukan hal terburuk yang mungkin mereka lakukan kepada Allah.
Namun demikian, dari sudut pandang Allah – yang dapat kita lihat dengan mata iman, hari ini adalah Jumat yang baik, karena pada hari ini rancangan dan rencana besar Allah untuk menyelamatkan umat manusia dan ciptaan-Nya terjadi. Karya penyelamatan Allah terjadi melalui kesetiaan dan ketaatan Yesus Kristus menapaki jalan terjal yang telah ditentukan dari semula. Itulah hal yang sangat paradoks dalam rencana mulia Allah.
Kitab Ibrani melukiskannya dengan indah. Yesus yang disebut sebagai manusia sempurna dengan indra kemanusiaan yang sesungguhnya; sakit, sedih, memiliki keinginan. Dia menyampaikan permohonan dengan tulus dan keinginan kuat, bahkan dengan ratap tangis. Tetapi pada akhirnya, rencana dan keinginan Allah-lah yang terjadi.
Ketiga Injil sinoptis memberitakan, bahwa sebelum Yesus sampai ke tangan orang-orang jahat dunia ini, Yesus berulang kali memohon dengan hati yang pilu dalam doa kepada Bapa di taman Getsemani, “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.”
Sebagai Manusia dan sebagai Anak Allah, Yesus tunduk pada rencana dan keinginan Bapa. Dia menempatkan ego – keinginan dan kepentingan pribadi-Nya di bawah rencana besar Allah dan kepentingan “Misio Dei.” Bahwa Allah telah memilih jalan radikal dengan mengorbankan Anak tunggal yang dikasihi-Nya. Bahwa Allah telah memberikan Anak-Nya menjadi tebusan untuk keselamatan umat manusia dan ciptaan-Nya. Bahwa tidak ada yang dapat menghalangi pekerjaan besar Allah. Yesus memilih taat pada ketentuan Sang Bapa.
Karena ketaatan-Nya, Yesus menjadi utusan Allah yang sempurna. Dia menjadi pokok keselamatan yang abadi dan menjadi Imam Besar. Allah telah menetapkan-Nya sebagai Imam besar yang menjadi satu-satunya perantara umat manusia dengan Sang Bapa.
Rasul Paulus menggambarkan kebenaran ini dalam satu hymnus yang terkenal, “Kristus Yesus, walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia…”
Ya, termasuk dengan gelar Imam Besar menurut peraturan Melkisedek merupakan ungkapan keberadaan Yesus yang sangat tinggi. Itu adalah konsekuensi ketaatan dan kesetiaan-Nya yang sempurna kepada Bapa.
Itulah yang terjadi pada hari ini – pada hari Jumat. Karena itu, sungguh benar hari ini adalah _Good Friday_ – Jumat yang baik dan agung. Karena itu, kita patut merayakannya dan kita harus merayakannya dengan rasa syukur dan kesediaan melihat perbuatan Allah dengan mata iman.
_“If you want to change the world, you must be your very best in the darkest moments_ – Jika saudara ingin mengubah dunia, saudara harus menjadi yang terbaik di waktu paling kelam!” Ini adalah pernyataan Admiral William H. Mc. Raven. Dan pernyataan ini dengan sempurna termanifestasi dalam peristiwa Jumat Agung dalam diri Yesus Kristus.
Sungguh waktu paling gelap dan kelam. Via Dolorosa adalah jalan yang tidak pantas dan tidak seharusnya Yesus lalui. Peristiwa Golgata adalah skandal dunia yang seharusnya tidak terjadi bagi orang tak bersalah. _“Eloi, Eloi, Lama Sabachtani_ – Allah-Ku, Allah-Ku, Mengapa Engkau meninggalkan Aku,” adalah tangisan dan rintihan yang seharusnya tak keluar dari mulut orang saleh. Hari itu adalah hari terburuk dan paling kelam dalam sejarah kemanusiaan _(the darkest day in human civilization)._
Namun demikian, Yesus telah tampil dengan kondisi dan mental prima, dan muncul sebagai pribadi terbaik yang pernah ada di muka bumi. “Ecce Homo” – Lihatlah Sang Anak Manusia! Anak manusia yang dengan sempurna menapaki jalan terjal dan sulit yang telah ditentukan demi menunaikan tugas panggilan besar dan mulia.
Ini adalah kenyataan, bahwa di tengah amukan dunia dan di hari manusia duniawi melampiaskan kejahatan terhadap orang tak bersalah itu, justru sikap dan kata-kata yang keluar dari mulut Yesus benar-benar menyejukkan. Dia tetap memandang mereka dengan cinta kasih. Dia tetap bersikap lemah lembut. Tidak ada sedikit pun sikap memusuhi atas membenci.
Kata-kata yang keluar dari mulut Yesus adalah kata-kata kehidupan yang dikenang sepanjang masa. “Ya bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” Pengampunan adalah ekspresi hati Yesus paling mulia terhadap orang yang sudah berlaku buruk dan jahat kepadanya.
“Aku berkata kepadamu, Sesungguhnya hari ini juga Engkau akan ada bersama-sama dengan Aku di dalam Firdaus.” Betapa lembutnya kata-kata Yesus yang memberi pengharapan kepada orang yang kehilangan pengharapan. Ternyata orang paling berdosa sekali pun masih mendapat tempat di hati Yesus. Dengan kata-kata Yesus ini, orang yang mendengarnya bisa berharap akan hidup yang jauh lebih indah dari hidup di dunia ini.
Kata-kata terakhir Yesus di salib itu sebelum menghembuskan nafas terakhir, “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu kuserahkan nyawa-Ku.” Yesus telah melakukan segala yang dapat Dia lakukan menunaikan panggilan Sang Bapa di dunia ini, dan sekarang Dia menyerahkan diri sepenuhnya ke tangan Sang Bapa.
Dia telah melakukan misi di dunia ini dengan sempurna, tanpa cacat dan cela. Dia tidak pernah jatuh ke dalam dosa, sekali pun setiap saat dicobai oleh si Iblis. Dia tidak pernah jatuh pada perangkap si Jahat, sekali pun Dia diperlakukan dengan berbagai-bagai kejahatan. Terlebih di hari paling kelam itu – Jumat Agung, di mana kejahatan dan amarah dunia ditimpakan ke pundak-Nya, tetapi Dia menghadapinya dengan ketenangan dan penyerahan diri kepada Sang Bapa.
Yesus benar-benar menjadi yang terbaik di hari paling kelam. Demikianlah Dia mengubah dunia ini. Sejak saat itu, dunia tidak sama lagi. Dunia berubah. Manusia berubah. Bahkan orang-orang jahat berubah. Yesus telah menjadi Imam Besar – pokok keselamatan yang abadi.
Karena Yesus adalah pokok keselamatan kita, maka kita adalah orang-orang yang berbahagia. “Tung na martua situtu ma hita.” Setiap orang yang percaya dan taat kepada Yesus adalah orang paling terberkati. Yesus telah memberikan yang paling berharga bagi kita, yaitu, penghapusan dosa, keselamatan, dan hidup yang kekal.
Karena Yesus adalah pokok keselamatan kita, maka kasih karunia dan damai sejahatera Allah terus menerus mengalir dalam hidup kita hingga kekekalan. Kesadaran akan kebenaran kita akan menjadikan kita tampil tangguh dan percaya diri: kuat, elastis, dan tahan uji.
Karena Yesus adalah pokok keselamatan kita, maka kita memiliki misi dan panggilan mulia unutk menyebarkan berita sukacita dan kebenaran ini ke seluruh dunia, bahkan kepada ciptaan Tuhan. Dengan demikian, semakin banyak orang merasakan keselamatan Allah dalam Yesus Kristus yang bermuara pada damai sejahtera dan kepenuhan hidup bagi semua!
_Dear friends, I wish you a blessed Good Friday. Jesus Christ our Lord is crucified and died for us. His death on the cross is not a defeat. Instead it’s God’s victory for our salvation. Therefore, be happy and smile!_
Discussion about this post